Makalah “PERPUSTAKAAN DI ERA GENERASI MILLENNIAL”
MAKALAH
“PERPUSTAKAAN DI ERA GENERASI MILLENNIAL”
Disusun Oleh :
ADIN MALAJI, AMD
DAFTAR ISI
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
- PERAN PERPUSTAKAAN SESUDAH MASUKNYA TEKNOLOGI INFORMASI (TI)
- PERAN PUSTAKAWAN MENGHADAPI ERA MILLENNIAL
- PARADIGMA PUSTAKAWAN
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Keberadaan perpustakaan tidak dapat dipisahkan dari peradaban dan budaya umat manusia. Penemuan mesin cetak, pengembangan teknik rekam, dan pengembangan teknologi digital yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi mempercepat tumbuh-kembangnya perpustakaan. Pengelolaan perpustakaan menjadi semakin kompleks. Dari sini awal mulai berkembang ilmu dan teknik mengelola perpustakaan”. Perkembangan dunia perpustakaan, jika dilihat dari segi data dan dokumen yang dimiliki, bermula dari perpustakaan tradisional yang hanya memiliki koleksi buku-buku tanpa adanya katalog untuk mengaturnya, kemudian muncul perpustakaan semi modern yang menggunakan katalog (index) dalam melakukan pengaturan dan pengelolaan koleksi.
Menurut Lasa Hs (1997:2) katalog merupakan daftar yang dipersiapkan sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Katalog ini akan memudahkan pemakai jasa perpustakaan untuk mengenali dan mencari koleksi yang dimiliki suatu perpustakaan maupun pusat informasi. Perkembangan saat ini adalah munculnya perpustakaan digital (digital library) yang memiliki keunggulan dalam kecepatan pengaksesan karena berorientasi ke data digital dan media jaringan komputer (internet). Di sisi lain, dari segi manajemen (teknik pengelolaan), dengan semakin kompleksnya koleksi perpustakaan, saat ini muncul kebutuhan akan penggunaan teknologi informasi untuk otomatisasi business process di perpustakaan. Sistem yang dikembangkan kemudian terkenal dengan sebutan sistem otomasi perpustakaan (library automation sistem).
BAB II
PEMBAHASAN
- PERAN PERPUSTAKAAN SESUDAH MASUKNYA TEKNOLOGI INFORMASI (TI)
Dengan masuknya teknologi informasi, perpustakaan yang dulunya pasif menjadi lebih agresif dalam berinteraksi dengan penggunanya. Perkembangan teknologi informasi yang terjadi sepuluh tahun terakhir sangatlah pesat. Hampir semua aspek kehidupan telah dimasuki oleh teknologi. Perkembangan teknologi memberi kemudahan dan kecepatan dalam memperoleh informasi. Teknologi memberikan dimensi yang lebih luas dan juga membuka jendela wawasan kita akan kehidupan dan perkembangan suatu bangsa yang terpisah ribuan bahkan jutaan mil dari tempat kita berada.
Perkembangan teknologi menuntut perubahan pola pikir kita. Perpustakaan yang dahulu mewajibkan pengunjung untuk meluangkan waktu pada jam sibuk untuk meminjam buku dan harus tepat waktu untuk mengembalikannya, dengan kemajuan teknologi informasi maka semuanya dapat teratasi. Peminjaman buku tidak lagi mewajibkan anggota/ pengguna untuk datang pada jam kerja, karena dimanapun dan kapanpun mereka membutuhkan literatur mereka dapat meminjamnya dan tidak perlu takut untuk didenda karena lupa mengembalikannya. karena dalam mengembalikan literature/koleksi (file-file dokumen yang berwujud digital) pengguna tidak harus mendatangi perpustakaan melainkan cukup melakukan transaksi di depan komputer yang telah terhubung ke internet dan pengguna tinggal mengunjungi situs dari perpustakaan itu untuk melakukan transaksi pengembalian koleksi. Teknologi akan melakukannya dengan sendirinya.
Otomasi Perpustakaan adalah sebuah sebuah proses pengelolaan perpustakaan dengan menggunakan bantuan teknologi informasi (TI). Dengan bantuan teknologi informasi maka beberapa pekerjaan manual dapat dipercepat dan diefisienkan. Selain itu proses pengolahan data koleksi menjadi lebih akurat dan cepat untuk ditelusur kembali. Dengan demikian para pustakawan dapat menggunakan waktu lebihnya untuk mengurusi pengembangan perpustakaan karena beberapa pekerjaan yang bersifat berulang (repetable) sudah diambil alih oleh komputer. Otomasi Perpustakaan bukanlah hal yang baru lagi dikalangan dunia perpustakaan. Konsep dan implementasinya sudah dilakukan sejak lama, namun di Indonesia baru populer baru-baru ini setelah perkembangan Teknologi Informasi di Indonesia mulai berkembang pesat. (Nur (2007), dalam Suyoto).
Peran perpustakaan di era generasi millennial dituntut untuk lebih aktif dalam memberikan layanan informasi yang dibutuhkan penggunanya. Dalam memberikan layanan kepada pengguna, perpustakaan harus mengacu pada efisiensi dan efektifitas waktu. Sehingga pengguna merasa terpuaskan dengan layanan yang ada. Disini pustakawan dituntut untuk berperan aktif dalam melayani kebutuhan penggunanya.
Hal yang mencirikan dari generasi millennial semuanya berhubungan dengan teknologi, misalnya: 1). Instant Communications, bahwa generasi ini tinggal di lingkungan real time dan mencari cara yang nyaman untuk komunikasi. Jadi komunikasi instan merupakan kata kunci penting dan merupakan kenyamanan untuk melakukan apa yang mereka senangi; 2). Network Development, yaitu mengembangkan jaringan yang memungkinkan generasi ini untuk terhubung satu sama lain untuk berkoneksi dan kolaborasi. Jadi kolaborasi merupakan oksigen baru di dalam merancang kebebasan mereka; 3). Gadget-Powered Connection, yaitu generasi pencinta gadget yang selalu me¬nyedia¬kan koneksi melalui gadget (seperti: handphone, laptop/netbook, dan lain-lain). Jadi adopsi terhadap teknologi menjadi sangat hyper untuk generasi millennial ini.
Kemajuan-kemajuan teknologi seharusnya dapat dimanfaatkan oleh perpustakaan dalam meningkatkan layanannya. Sehingga dapat memacu perkembangan “perpustakaan/ilmu dalam genggaman”. Era generasi millennial merupakan era dimana setiap kegiatan apapun harus didukung oleh teknologi, sehingga mau tidak mau, suka tidak suka perpustakaan harus bermetamorfosa dalam perkembangan teknologi ini. Disinilah peran pustakawan sangat dibutuhkan, dalam transisi perpustakaan manual ke perpustakaan otomasi yang kemudian menuju perpustakaan digital.
- PERAN PUSTAKAWAN MENGHADAPI ERA MILLENNIAL
- Pustakawan sebagai penggerak literasi Informasi
Sebagai bagian terpenting perpustakaan, pustakawan harus mampu aktif bersama-sama dengan pustakawan lain untuk menjadikan perpustakaan sebagai learning center, ruang dalam melakukan pelatihan dan inovasi, dan mungkin sebagai sebuah komunitas. Pustakawan juga dapat memberikan bimbingan melalui kegiatan literasi informasi dan penerapan konsep manajemen pengetahuan di perpustakaan. Keabsahan dan nilai informasi yang dimiliki oleh perpustakaan menjadi jawaban dalam mengakomodasi kebutuhan millenial.
- Pustakawan mengembangkan kemampuan dan keahliannya dalam literasi digital.
Mungkin ini adalah peran yang cukup sulit, terlebih pada pustakawan senior (usia 50tahun ketas), tetapi bagaimana jika mulai dari kita? setidak-tidaknya pustakawan mampu memiliki pengetahuan dan keahlian yang berhubungan dengan pengetahuan dasar tentang ilmu informasi, sumber-sumber informasi, akses informasi, manajemen dan penelitian serta kemampuan untuk menyediakan layanan informasi dan pengetahuan di perpustakaan. Contoh diantaranya yaitu dengan:
- Mampu secara strategis melakukan pencarian informasi dalam basis data maupun internet;
- Memberi konsultasi maupun referensi pencarian informasi (Chatting, telfon, e-mail)
- Menggunakan mesin pencari dan web directories;Mengemas informasi sesuai dengan kebutuhan millenial, dengan melihatnya dari segala daya tarik yang diinginkan millenial;
- Mengidentifikasi dengan tepat kemauan dan kebutuhan millenial;
- Cegah penyebaran hoax;
- Menjadi komunikator yang baik, dan ramah kepada Millenial
Lalu menurut Bapak Wiratna Tritawirasta, selaku kepala seksi otomasi di Perpustakaan Nasional RI, pustakawan juga harus bergerak dalam memobilisasi pengetahuan untuk masyarakat. Tak terpungkiri untuk millenial, di antaranya pustakawan harus:
- Bermakna dinamis, pro aktif, giat dan aktif dalam bidang kepustakawanan;
- Membangun cara-cara baru dalam mengembangkan kompetensinya dengan melakukan terobosan agar layanan perpustakawan dan kepustakawanan dapat berkembang;
- Menggerakkan pengetahuan yang tersedia di perpustakaan agar dapat dimanfaatkan secara aktif dan lebih luas;
- Pustakawan harus ikut serta dalam forum-forum perpustakaan digital.
Mungkin dari langkah-langkah ini bisa membuat perubahan yang akomodatif baik dari pranata perpustakaan dan cara pandang pribadi pustakawan dalam memberikan layanannya kepada Millenial.
- PARADIGMA PUSTAKAWAN
Kemajuan TI juga membawa dampak terhadap profesi pustakawan. Keahlian TI yang dimiliki seorang pustakawan hendaknya ditunjang dengan kemampuan manajemen yang baik. Suatu Perpustakaan jika tidak ditunjang dengan keahlian manajemen yang baik maka perpustakaan itu lambat laun akan mengalami “stagnan” tidak dapat berkembang. Hal inilah yang di kemudian hari memunculkan jarak antara kebutuhan pengguna dengan literature yang ada di perpustakaan. Perpustakaan hendaknya melakukan terobosan-trobosan guna mengantisipasi perkembangan zaman yang secara tidak langsung juga berpengaruh pada kebutuhan pengguna yang semakin kompleks. Era generasi millennial menuntut pelayanan yang cepat dan efisien. Era generasi millennial adalah era dimana kemudahan-kemudahan disajikan sedemikian rupa, sehingga waktu sangatlah berharga. Tidak ada jarak, tidak ada batasan waktu kunjung merupakan kelebihan dari perpustakaan digital.
Peran teknologi informasi yang sangat besar dikhawatirkan oleh sebagian pustakawan akan mengambil alih peran mereka. Kekhawatiran ini wajar adanya, karena hampir seluruh transaksi dilakukan secara online maka peran pustakawan menurut mereka akan digantikan komputer.
BAB III
PENUTUP
Generasi millennial dalam kajian informasi menjadi sesuatu yang sangat menarik bagi pelaku kebijakan untuk mengubah paradigma lama dari perpustakaan. Era generasi millennial saat ini berprinsip bahwa mengakses informasi bisa dilakukan dengan mudah dengan berselancar internet kapan dan dimana saja, tidak harus ke perpustakaan. Jadi agar perpustakaan tidak ditinggal pemustakanya, maka perpustakaan harus berbenah dalam penyediaan berbagai sarana prasarana, fasilitas, infrastuktur, dan aspek kebijakan organisasi perpustakaan yang mendukung generasi millennial. Selain itu, yang tidak boleh ketinggalan pengelola perpustakaan dan pustakawannya juga harus information literate terhadap adanya pergeseran perubahan generasi millennial dalam kajian informasi saat ini.
Era generasi millennial akan menuntut layanan serba praktis dan cepat, disini perpustakaan dituntut menyediakan layanan yang dapat memuaskan penggunanya. Kehadiran Teknologi informasi haruslah dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam menunjang pengelolaan perpustakaan. Keharusan menguasai Teknologi informasi membuat pandangan sebagian pustakawan “pasrah” hal ini biasanya melanda para pustakawan yang berpikiran sempit dan pesimis, ketakutan-ketakutan yang terlalu berlebih juga merupakan efek samping dari penerapan teknologi informasi, mereka beranggapan jika semua kegiatan pengolahan perpustakaan dapat diganti oleh komputer maka lambat laun posisi pustakawan akan tersingkir.
Sebenarnya hal ini dapat diatasi dengan cara memerankan pustakawan sebagai administrator. Perlindungan hukum tentang profesi pustakawan sebenarnya sudah diatur dan dijamin oleh undang-undang perpustakaan nomor 43 tahun 2007, jadi sekarang semuanya kembali ke pribadi masing-masing pustakawan.
DAFTAR PUSAKA
Lasa Hs. 1997. Pedoman Katalogisasi Perpustakaan Muhammadiyah Monograf dan Terbitan Berkala. Yogyakarta: Majelis Pustaka.
Tritawirasta, Wiratna. 2018. Peran Perpustakaan dalam Meningkatkan Literasi Informasi (Power Point Slides). Diperoleh dari Seminar Nasional Literasi Publik Indonesia Siap Internet Sehat pada tanggal 27 November 2018.
Wahono, Romi Satria. (2006); Teknologi Informasi untuk Perpustakaan: Perpustakaan Digital dan Sistem Otomasi Perpustakaan. romi@romisatriawahono.net http://romisatriawahono.net, diakses tanggal 20 Oktober 2019, pukul 10:00 WIB.
Wulandari, Permata. (2008); Sebuah Fenomena Baru Akan millennial. http://vibiznews.com/search_result.php?id=134&kategori=hr&key=, diakses tanggal 20 Oktober 2019, pukul 10:00 WIB.
Comments are closed.