MEMBANGUN KELUARGA MELEK LITERASI

0

MAKALAH

 MEMBANGUN KELUARGA MELEK LITERASI

 

 

 

 

 

 

Disusun Oleh :

ADIN MALAJI, AMD

  

 

DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN

KOTA PANGKALPINANG

TAHUN 2020

 

 

 

DAFTAR ISI

 

BAB I              PENDAHULUAN

  1. PENDAHULUAN
  2. TUJUAN DAN MANFAAT

BAB II         PEMBAHASAN

  1. MEMBANGUN KELUARGA MELEK LITERASI
  2. PERAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN LITERASI DINI

BAB III            PENUTUP

  1. KESIMPULAN
  2. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

 

 

BAB I

 

  1. PENDAHULUAN

 

Literasi adalah kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Literasi memerlukan serangkaian kemampuan kognitif, pengetahuan bahasa tulis dan lisan, pengetahuan tentang genre dan cultural.  Istilah literasi atau dalam bahasa Inggris literacy berasal dari bahasa Latin literatus, yang berarti “a learned person” atau orang yang belajar. Literasi dianggap merupakan inti kemampuan dan modal utama bagi generasi muda dalam belajar dan menghadapi tantangan-tantangan masa depan. Pembelajaran literasi yang bermutu adalah kunci dari keberhasilan generasi mendatang.

Fenomena yang terjadi di masyarakat minat baca pada anak-anak terus menurun setiap tahunnya. Indonesia berada pada peringkat 60 sebagai Negara sadar membaca di dunia. Bukan hanya anak-anak yang memiliki kesadaran yang rendah untuk membaca buku bahkan orang tua pun juga menjadi faktor yang sangat besar. Karena perilaku anak rata-rata meniru orang tua. Jika orang tua memiliki kesadaran membaca yang rendah maka 90% anak juga akan malas untuk membaca. Sehingga dibutuh peran serta dari masyarakat dan juga pemerintah untuk meningkatkan kembali minat baca pada orang tua agar bisa merangsang anak untuk membaca buku.

Hubungan antara masyarakat maju dengan literasi sangatlah kuat. Dimana masyarakat yang dikatakan telah maju adalah masyarakat yang memiliki pengetahuan yang luas. Namun saat ini banyak orang yang mulai meninggalkan membaca buku dan lebih memilih berselancar di dunia maya melalui gawai mereka. Mengakses berbagai informasi yang terkadang tidak dapat dipertanggung jawabkan sumber dan kebenarannya. Masyarakat dikatakan maju jika mereka mendapat banyak pengetahuan dengan cara membaca buku, baik konvensional maupun melalui digital library. Sehingga korelasi antara masyarakat maju dan literasi sebenarnya sangat kuat. Tanpa sebuah buku memang masyarakat masih bisa tetap mendapatkan pengetahuan atau informasi, tapi kesadaran untuk literasi amatlah kurang. Terutama kalangan orang tua yang lebih sibuk bekerja dan waktu untuk membaca sangat kurang. Mereka hanya meminta anak-anak mereka untuk membaca tanpa ada pemikiran bahwa perilaku anak meniru orang tua mereka. Kebiasaan orang tua berliterasi secara tidak langsung akan terpengaruh pada anak-anak dirumah.

 

  1. TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuannya :

  1. Untuk mengetahui dan memahami cara membangun keluarga sadar literasi;
  2. Untuk mengetahui cara orangtua menanamkan literasi sejak dini.

 

Manfaatnya :

  1. Menambah wawasan tentang pentingnya membangun keluarga sadar literasi;
  2. Membangun awareness tiap keluarga Indonesia bahwa keluarga sadar literasi merupakan ciri bangsa yang maju.

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

  1. MEMBANGUN KELUARGA MELEK LITERASI

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan majemuk. Keberagaman etnik dan budaya merupakan kekayaan bangsa yang tidak dimiliki oleh bangsa lain dan semestinya dapat menjadi kekuatan besar dalam pembangunan serta kemajuan negeri. Sumber daya manusia sebagai roda penggerak pembangunan dituntut untuk bermutu tinggi dan berkualitas agar pembangunan berjalan seiring kemajuan zaman. Sumber daya yang bermutu mengacu pada dua hal yakni memiliki kapabilitas yang mencakup pengetahuan dan keterampilan. Serta memiliki karakter keindonesiaan yang kuat agar ilmu dan keterampilan yang dimiliki bermakna bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan agama.

Sejatinya, pendidikan dimulai dari dalam keluarga karena semua selalu berawal dari keluarga. Jauh sebelum ada lembaga pendidikan yang disebut sekolah, keluarga telah ada sebagi lembaga yang memainkan peran penting dalam pendidikan yakni sebagai peletak dasar. Dalam keluarga orang mempelajari banyak hal, dimulai dari bagaimana berinteraksi dengan orang lain, menyatakan keinginan dan perasaan, menyampaikan pendapat, bertutur kata, bersikap, berperilaku, hingga bagaimana menganut nilai-nilai tertentu sebagai prinsip dalam hidup. Intinya, keluarga merupakan basis pendidikan bagi setiap orang.

Kepala Perpustakaan Nasional RI, M. Syarif Bando mengatakan “Rasanya hari ini literasi tidak hanya sebatas kemampuan mengenal huruf, kemampuan mengenal kata, kemampuan mengenal kalimat, kemampuan mengenal hubungan sebab-akibat, dan kemampuan menyatakan pendapat tapi literasi lebih pada bagaimana seseorang atau komunitas bisa terkoneksi dengan sumber-sumber ilmu pengetahuan terpercaya, terlengkap, terkini.” Penting bagi orang tua untuk membangun mindset pembelajar bahwa setiap orang harus mengetahui dunia luar dan orang tua harus mengedukasi anak di rumah untuk bisa menatap dunia secara luas. Tidak bisa kita ingkari betapa penting dan besarnya peran serta pengaruh orangtua dalam keluarga sebagai titik awal yang menancapkan kebiasaan positif bagi anak. Menurut Megawangi dalam Maryam (2002) keluarga adalah wahana untuk mendidik, mengasuh, dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik di masyarakat, serta memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera. Literasi keluarga merupakan rangkaian upaya yang dilakukan dalam keluarga berkaitan dengan pengenalan keterampilan dan bahasa yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya kegiatan yang berkaitan dengan membaca dan komunikasi. Melalui keluarga anak sudah dikenalkan dengan bahasa dan buku sejak kecil, bahkan sejak dalam kandungan. Beberapa penelitian mengatakan, saat janin sudah mulai mendengar, itu adalah saat yang tepat untuk mulai mengajaknya berkomunikasi, dibacakan sholawat, dibacakan ayat Alquran, atau dibacakan cerita.

Membangun kebiasaan melek literasi di rumah bisa dimulai dengan cara mendongeng, membacakan buku ataupun menulis. Anak yang terbiasa didongengkan atau dibacakan buku, bisa dipastikan akan tumbuh menjadi insan yang mencintai buku. Kecerdasan linguistik anak akan lebih terasah, mereka menjadi lebih komunikatif, ekspresif serta daya imajinasi anak lebih berkembang. Rasa keingintahuan anak yang besar mendorong mereka untuk mencari dan menggali lebih banyak melalui buku. Pun dengan mencontohkan kebiasaan menulis, semisal menulis agenda kegiatan sehari-hari saja akan mendorong kemampuan menulis anak-anak.

Komunikasi dan interaksi dengan anak harus dibangun melalui hal-hal yang disukai anak. Mereka tidak bisa dipaksa apalagi hanya melalui perintah atau kata-kata kiasan semata. Tapi dengan mencontohkan melalui kebiasaan yang dilakukan oleh orang tua maka akan tumbuh pula niat “menjiplak” anak dengan melakukan hal yang sama. Dan hal ini akan terus berkembang seiring pertumbuhan dan pertambahan usia yang tentu harus tetap selaras dengan dukungan dari orangtua.

Kebiasaan membaca dan menulis memberikan pengaruh positif bagi tumbuh kembang anak. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih disiplin, serta terbiasa mencari sumber informasi yang benar sehingga tidak mudah termakan hoaks/ berita bohong di zaman digital seperti sekarang. Anak juga menjadi lebih siap dalam memasuki dunia akademis bahkan akan cenderung berprestasi, seperti penelitian yang dilakukan oleh Reese dalam buku Handbook of Research on Literacy and Diversity yang membuktikan bahwa penanaman literasi sejak dini akan memberikan pengaruh pada pendidikan selanjutnya. The Research by Reese and colleagues (2000) suggests that quality literacy instruction in early grades is benefical to students later acadecmic achievement (Morrow, 2009). Mencetak anak yang berprestasi tersebut berarti mencetak sumber daya manusia yang unggul bagi bangsa dan siap bersaing  dengan bangsa lain.

 

  1. PERAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN LITERASI DINI

Peranan Keluarga Menurut Stephen R. Covey — Berbicara mengenai peranan keluarga, berikut 4 hal penting menurut Stephen R. Covey, yaitu:

  • Modelling, orangtua merupakan model atau panutan anak-anaknya. Orangtua memengaruhi secara kuat sekali dalam hal keteladanan bagi sang anak.Baik hal positif ataupun negatif, orangtualah yang pertama dan terdepan yang dijadikan teladan oleh anak. Orangtua menjadi pola pembentukan “Way of Life” atau gaya hidup anak. Cara berpikir dan perbuatan anak dibentuk oleh cara berpikir dan berbuat orangtuanya. Dengan cara seperti inilah orangtua mewarisi perbuatan dan pola pikir buat anaknya.
  • Mentoring, artinya kemampuan untuk menjalin atau membangun hubungan, menanamkan kasih sayang kepada orang lain, atau pemberian perlindungan kepada orang lain secara mendalam, jujur dan tanpa syarat.
  • Organizing, keluarga juga merupakan analogi dari perusahaan kecil yang memerlukan kerjasama tim, dalam menyelesaikan permasalahan, tugas, atau memenuhi kebutuhan keluarga.
  • Teaching, orangtua sebagai guru di lingkungan keluarga. Orangtua mengajarkan kepada anak-anaknya tentang hukum-hukum atau prinsip dasar kehidupan. Di sinilah orangtua diuji kompetensinya untuk menciptakan kemampuan sadar pada diri anak, yaitu anak sangat menyadari apa yang dikerjakannya dan memahami alasan mengapa mengerjakan hal itu. Di sinilah anak akan merasa enjoy dengan pekerjaannya tanpa sedikitpun ada rasa terpaksa karena orangtuanya.

 

Menanamkan literasi sejak dini adalah solusi yang paling jitu dalam mencetak generasi melek literasi. Rasanya tidak ada alasan bagi keluarga manapun untuk tidak menerapkan hal tersebut di rumah. Jika membeli buku untuk keluarga menengah ke bawah dirasa cukup berat, maka buku-buku bacaan yang beragam dapat diakses di perpustakaan. Koleksi perpustakaan juga saat ini sudah sangat banyak dan memadai. Namun jika ke perpustakaan pun dirasa tidak mungkin, maka orangtua dapat mendongeng/ story telling sembari menggambar atau menciptakan properti-properti pendukung dari bahan-bahan bekas yang ada dirumah. Intinya adalah kemauan keras dari orangtua, ingin seperti apa anak mereka di masa mendatang.

Apa yang dilakukan orangtua hari ini akan berpengaruh besar pada anak 10-20 tahun ke depan. Apakah ingin anak tumbuh biasa-biasa saja sementara zaman terus berkembang? Atau ingin anak menjadi pribadi yang kompetitif sehingga tidak terlindas kemajuan zaman.

Literasi dini bukan diartikan mengajarkan membaca, tapi menjadikan anak mencintai membaca, membangun fondasi untuk membaca agar dikemudian hari apabila anak sudah waktunya belajar membaca mereka lebih siap. Ada bentuk kemampuan Literasi dini yang akan dimiliki anak, yakni Early Literacy skill, meliputi Print Motivation Dimana akan tumbuh konstruksi positif bahwa membaca buku adalah sesuatu yang menyenangkan artinya sebagai orang tua dan guru mampu memunculkan minat dan menikmati buku. Seorang anak dengan Print motivation akan sedang berproses mencintai membaca, bermain dengan buku, dan berpura-pura menulis, perjalanan ke perpustakaan yang terasa menyenangkan, memotivasi anak untuk membaca buku di perpustakaan, orang tua mengajarkan bertukar buku antara anak dan orang tua atau anak bertukar buku dengan teman lainnya diusia anak usia dini.

Vocabulary, anak akan mengetahui nama-nama benda dan hal hal disekelilingnya, artinya adalah mampu mengetahui kosa kata yang lebih, artinya anak-anak tahu sebelum mereka masuk sekolah, hal itu lebih baik. Anak-anak yang belum pernah menemui kata akan memiliki kesulitan membaca buku di kemudian hari. Phonological awareness yakni kemampuan untuk mendengar dan memainkan bunyi dari sebuah kata sederhana. Kemudian Narative skill dimana anak mampu menceritakan kembali teks isi buku. Narrative skill Adalah kemampuan untuk mendiskripsikan sesuatu dan kejadian untuk diceritakan kembali. Ada hubungan yang erat antara berbicara bahasa dan menuliskan bahasa. Pertama, kata-kata tercetak diakui, pemahaman tentang teks sangat tergantung pada kemampuan bahasa lisan pembaca.

letter knowledge artinya anak akan mengetahui huruf dapat di baca, memiliki nama dan bunyi pada benda-benda. Mengetahui bahwa huruf adalah berbeda beda, dan beberapa huruf terlihat sama dan setiap huruf memiliki nama dan berkaitan dengan suara tertentu Antara kemampuan yang dievaluasi secara tradisional, salah satu yang terlihat untuk menjadi pembaca yang berprestasi di identifikasi huruf dengan sendiri. Di dalam sistematika menulis seperti yang kita miliki, yang abjad, anak- anak belajar untuk memecahkan kode yang ditulis dengan menggabungkan unit-unitnya, disebut grafem, unit dari suara, disebut fonem.

 

BAB III

PENUTUP

 

  1. KESIMPULAN

Keluarga adalah role model utama bagi tumbuh kembang anak. Apa yang ditanamkan di rumah berpengaruh besar pada akan seperti anak di masa mendatang. Orangtua sebagai nakhoda adalah yang menentukan akan dibawa kemana dan ingin seperti apa anak berkembang.

Sumber daya manusia bangsa yang unggul dan berdaya saing tinggi tergantung dari apa yang kita bangun dalam keluarga saat ini. Sehingga kemajuan bangsa yang signifikan secara tidak langsung akan dipengaruhi oleh tindakan dan pilihan orangtua dalam mendidik generasi penerus saat ini.

 

  1. SARAN

Menciptakan budaya membaca dalam keluarga. Jadikan membaca sebagai aktivitas menyenangkan. Orang tua dapat berperan sebagai inspirator maupun fasilitator bagi anak. Sebagai inspirator, orang tua dapat memulainya dengan membacakan cerita atau buku kepada anak ketika mau tidur. Menjadi panutan bagi anak dalam kegiatan membaca. Jika orang tuanya suka membaca, hal ini dapat merangsang anak untuk meniru apa yang dilakukan orang tuanya. Orang tua hendaknya berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan anak dengan mengutip dari buku sehingga merangsang anak untuk membaca langsung dari sumbernya. Orang tua juga dapat mengajari anak untuk merawat dan menghargai buku-buku yang dipunyainya. Sebagai fasilitator, orang tua dapat mengajak anak jalan-jalan ke toko buku dan membelikan buku-buku yang menggugah minat baca anak. Kalau memungkinkan, orang tua juga dapat membuat perpustakaan mini untuk anak.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Saroj Nadkarni Ghoting dan Pamela Martin-Diaz, Eraly Literacy Storytimes@your Library,American Library Association, Chicago, 2006, hlm. 5

2Felicity Martini, & Monique Sénéchal. (2012). Learning literacy skills at home: Parent teaching, expectations, and child interest. Canadian Journal of Behavioural Science, 44(3), 210-221. Retrieved from http://search.proquest.com/docview/1026948267?accountid=25704. Hlm.210

Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, hlm. 47

Leave A Reply

Your email address will not be published.

Ada yang bisa kami bantu bro/sis ?