PANDEMI COVID-19, BAGAIMANA PERAN PERPUSTAKAAN ?
MAKALAH
PANDEMI COVID-19, BAGAIMANA PERAN PERPUSTAKAAN?
Disusun Oleh :
ADIN MALAJI, AMD
DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN
KOTA PANGKALPINANG
TAHUN 2020
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
- PENDAHULUAN
- TUJUAN DAN MANFAAT
BAB II PEMBAHASAN
- PERAN PUSTAKAWAN DAN PERPUSTAKAAN DI MASA PANDEMI COVID-19
- PERPUSTAKAAN DALAM ADAPTASI KEBIASAAN BARU
BAB III PENUTUP
- KESIMPULAN
- SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
- PENDAHULUAN
Tahun 2020 merupakan tahun yang berat bagi setiap orang. Pembatasan aktifitas, rutinitas dan efektifitas dalam menjalankan roda kehidupan terganggu dengan adanya pandemi yang melanda dunia. Pandemi Covid-19, yang pertama kali bermula di Wuhan, Ibukota Provinsi Hubei, China merupakan virus jenis baru yang hingga saat ini telah mewabah hampir semua negara, tak terkecuali Indonesia. Setiap negara mengambil kebijakan menjaga jarak atau karantina sosial, pembatasan sosial baik berskala kecil ataupun besar hingga beberapa negara bahkan menutup pintu masuk melalui penutupan Airport dan Pelabuhan.
Memasuki bulan kesebelas masa pandemi ini, sudah sama-sama kita rasakan bahwa dampak dari virus Covid-19 ini sungguh nyata adanya, semuanya di ambang titik kritis termasuk dunia pendidikan. Sudah berbulan-bulan lamanya pemerintah terpaksa menutup sekolah-sekolah dan memberlakukan pembelajaran online dari rumah. Proses kegiatan belajar mengajar yang sebelumnya dilakukan di kelas secara tatap muka, secara tiba-tiba dihentikan dan harus dilakukan secara daring ataupun luring, yang kita semua tahu pasti memiliki tantangan tersendiri.
Para orang tua yang bekerja juga dipaksa untuk secara aktif mendampingi anak-anaknya belajar agar tidak terjadi ketertinggalan yang teramat banyak. Sungguh sebuah perubahan yang sangat tidak mudah bagi pihak manapun. Namun karena ini menyangkut masa depan generasi penerus bangsa, proses belajar serta seluruh layanan-layanan pendidikan harus terus kita jalankan dengan semangat tinggi. Termasuk layanan perpustakaan yang merupakan salah satu tonggak pendukung tak terpisahkan dari pendidikan.
Lembaga internasional di bidang perpustakaan yaitu IFLA (International Federation of Library Associations and Institutions) telah mengeluarkan pedoman bagi perpustakaan seluruh dunia untuk bisa memberikan layanan selama masa pandemi berlangsung (IFLA, 2020). Masyarakat membutuhkan informasi terbaru seputar perkembangan terbaru Covid-19 seperti misalnya jumlah pasien yang terjangkit virus Corona, kebijakan-kebijakan baru pemerintah dalam menanggulangi pandemi, informasi tentang vaksin, dan lain lain. Banyak peserta didik yang melakukan kegiatan belajar dan mengajar melalui online atau dilakukan di rumah masing-masing untuk menghindari penularan virus. Oleh sebab itu perpustakaan seharusnya dapat mengambil peluang untuk mempromosikan perpustakaannya agar eksistensinya terlihat di mata masyarakat luas. Perpustakaan dapat memaksimalkan layanan digitalnya melalui perpustakaan digital yang dimilikinya. Perpustakaan dapat mengoptimalkan layanan yang ada dengan membuat perkembangan-perkembangan baru yang dapat mempermudah pemakai dalam mengakses informasi. Dalam pengembangan perpustakaan digital saat ini dan masa depan, diperlukan kesiapan dari pengelola perpustakaan untuk meningkatkan kualitas layanan yang dapat mengikuti perkembangan zaman dan responsif terhadap perubahan (Mwaniki, 2018), salah satunya bila terjadi pandemi seperti sekarang ini.
Tujuannya :
- Untuk mengetahui dan memahami peran Perpustakaan di masa pandemi Covid-19.
Manfaatnya :
- Menambah pengetahuan tentang Peran Perpustakaan di masa pandemi Covid-19.
- Memahami lebih dalam tentang inovasi perpustakaan di masa pandemi Covid-19.
Fungsi perpustakaan sesuai amanat UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan, yaitu sebagai wahana pendidikan, penelitian, informasi, pelestarian, dan rekreasi, yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa. Dapat dikatakan, perpustakaan berperan sebagai pusat belajar sepanjang hayat di tengah masyarakat. Layanan perpustakaan yang umumnya dimanfaatkan oleh pemustaka di antaranya layanan sirkulasi dan referensi, biasanya diakses secara langsung dengan mendatangi gedung perpustakaan. Namun, saat pandemi sekarang ini, dengan berbagai keterbatasan, perpustakaan dituntut untuk berinovasi dalam melayani pemustaka agar tetap dapat memberikan layanan prima sebagaimana kondisi normal.
Pustakawan dan pengelola perpustakaan pastilah dihadapkan pada pilihan sulit antara harus menutup atau membuka layanan perpustakaan mengingat faktor keselamatan dan kesehatan. Namun demi masa depan anak didik kita, di dalam masa darurat sekalipun, pustakawan harus menunjukkan rasa kepeduliannya sebagai wujud janji tanggung jawab profesinya.
Upaya Pustakawan untuk meningkatkan kualitas jasa layanannya menurut (Dwijati dkk, 2020) adalah sebagai berikut :
1) Penambahan koleksi baru baik buku maupun jurnal dalam bentuk digital sebagai sumber referensi yang akurat bagi masyarakat;
2) Mengembangkan jasa layanan baru berupa program paket informasi baru menurut urgensi kebutuhan masyarakat;
3) Mengoptimalkan pelayanan jasa virtual perpustakaan, mengingat saat ini banyak berita palsu yang beredar membuat masyarakat membutuhkan sumber informasi yang terpercaya, yaitu perpustakaan;
4) Meningkatkan kualitas SDM yang ada di dalam perpustakaan untuk menunjang pelayanan.
Pustakawan sebagai penggerak perpustakaan, memiliki tanggung jawab besar dan banyak tantangan mulai dari internal hingga ekstenal. Kemampuan seorang pustakawan dalam pengelolaan teknologi sangat diperlukan dalam penerapannya. Di masa seperti ini, tugas seorang pustakawan semakin berlipat ganda. Pustakawan yang memiliki kompetensi personal yang mumpuni dalam pelayanannya, sebagai pemberi sumber informasi aktual harus diimbangi dengan kemampuan fungsional terhadap kecakapan dalam bidang pengetahuan maupun teknologi.
Pustakawan dituntut untuk mampu melakukan adaptasi secara cepat dan tepat. Menggunakan segala sumber daya yang ada dan tetap siaga melayani dalam kondisi apa pun. Mengutip dari hasil riset Ali (2019) dalam jurnalnya yang berjudul “Refleksi dan Peran Pustakawan di Masa Pandemi Covid-19”, menyebutkan bahwa ada tiga dimensi peran pokok pustakawan di masa pandemi Covid-19.
Pertama, peran sebagai fasilitator pendukung guru dan siswa dalam proses pembelajaran jarak jauh. Selama masa belajar dari rumah, meskipun siswa dan guru tidak hadir di sekolah secara fisik, pustakawan dapat tetap memberikan pelayanan reguler seperti biasa melalui aplikasi daring ataupun luring. Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, pustakawan dapat menyediakan materi pelajaran berupa e-book serta link-link buku gratis untuk guru dan siswa. Jika untuk alasan mendesak dikarenakan siswa mengalami kendala alat komunikasi ataupun masalah jaringan/kuota, maka pustakawan dapat membuka layanan peminjaman dan pengembalian buku teks secara tatap muka dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan secara ketat. Layanan darurat tatap muka ini harus dilakukan secara cepat dan di area terbuka untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Pustakawan juga dapat mengatur jadwal shift peminjaman per kelas untuk menghindari keramaian atau penumpukan siswa di sekolah. Pustakawan dapat melibatkan guru mata pelajaran dan wali kelas untuk membantu proses ini agar berjalan dengan aman dan lancer
Kedua, peran pustakawan sebagai agen literasi penyedia informasi akurat terkait Covid-19 dan membantu kampanye kesehatan masyarakat sebagai bentuk dukungan bagi program pemerintah terhadap pencegahan penyebarannya. Misalnya, pustakawan dapat mengutip informasi dari sumber-sumber resmi pemerintah terkait Covid-19 (update terkini jumlah kasus, jumlah kematian dan kesembuhan, peta zona kondisi lapangan, dll) dan kemudian menyebarkannya melalui platform media sosial yang populer dan biasa diakses oleh siswa, misalnya WhatsApp, Telegram, Instagram, Facebook, Twitter, serta YouTube. Peran pustakawan dalam menyebarluaskankan informasi yang valid di masa pandemi ini harus dipandang sangat penting dan perlu dilakukan. Karena kita tahu bahwa di dunia maya saat ini banyak beredar informasi-informasi yang sifatnya hoax dan seringkali menciptakan ketakutan baru serta menyesatkan masyarakat luas. Oleh sebab itu pustakawan dapat bertindak sebagai agen pelurus informasi akan hal tersebut.
Ketiga, peran sebagai inisiator yang memberikan masukan ide-ide program baru bagi bagian kurikulum dan kesiswaan. Pustakawan dapat secara aktif menyuntikkan energi dan ide-ide segar kepada manajemen sekolah berupa kegiatan kreatif berbagai perlombaan dan proyek siswa yang dilakukan secara jarak jauh seperti pembuatan video/ audio mendongeng dari rumah, ataupun kegiatan menulis jurnal harian, membuat poster, dan lain-lain dapat didiskusikan secara konstruktif bersama guru sehingga membuat guru dan siswa menjadi lebih bersemangat di masa pandemi dan dapat mengurangi stres ataupun kebosanan siswa di masa-masa Pandemi ini.
Informasi yang diberikan oleh perpustakaan akan selalu di nantikan oleh peserta didik/ masyarakat yang memerlukan sumber informasi untuk melalukan penelitian, tugas perkuliahan dan informasi akademik lainnya. Proses komunikasi tersebut dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Apabila secara langsung, maka interaksi terjadi di perpustakaan fisik dan apabila secara tidak langsung, maka interaksi terjadi melalui online misal melalui website, chat, telepon, email (Daryono, 2018) atau dalam hal ini melalui digital library. Perpustakaan yang telah mendigitalisasi system saat ini sudah selaras dengan kondisi dan situasi pandemi yang mengharuskan Jaga jarak/ menghindari kerumunan. Perpustakaan turut berperan besar dalam menentukan mutu pendidikan peserta didik dengan berkolaborasi bersama antara pustakawan dan tenaga-tenaga pendidik dan unsur-unsur terkait.
- PERPUSTAKAAN DALAM ADAPTASI KEBIASAAN BARU
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan mengenai prinsip layanan perpustakaan di masa pandemi, yaitu layanan perpustakaan tetap dibuka dengan memperhatikan kebijakan dan status wilayah Covid-19 yang telah ditetapkan pemerintah agar perpustakaan tidak menjadi klaster penularan baru, kesehatan tenaga perpustakaan dan pemustaka merupakan prioritas. Ada tiga strategi yang dapat diterapkan oleh perpustakaan sesuai dengan kondisi wilayah suatu perpustakaan, yaitu tatap muka, tatap muka dan non-tatap muka, dan virtual.
Perpustakaan yang berada di zona hijau dan kuning seperti Kota Pangkalpinang tetap dapat menerapkan layanan perpustakaan tatap muka, tetapi secara terbatas. Layanan secara terbatas ini diterapkan sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku, yaitu pengukuran suhu, penggunaan masker, penyediaan hand sanitizer/ tempat cuci tangan dan sabun, pembatasan jarak, pengurangan kapasitas pemustaka, penyemprotan disinfektan, dan karantina koleksi perpustakaan setelah dikembalikan selama 3 (tiga) hari.
Strategi yang kedua dapat diterapkan pada perpustakaan di zona hijau dan kuning, seperti halnya strategi pertama. Layanan yang disediakan terdiri dari layanan onsite -seperti pada strategi pertama- dan online. Dengan demikian, perpustakaan harus mengembangkan sumber daya perpustakaan yang mendukung layanan online, seperti dengan menyediakan koleksi digital, menciptakan inovasi penyampaian layanan perpustakaan secara online, dan menyediakan jaringan internet dan wifi.
Strategi yang ketiga, yaitu layanan virtual diterapkan di perpustakaan yang berada di zona oranye dan merah, di mana risiko penularan Covid-19 tinggi. Perpustakaan harus menggunakan media yang memungkinkan pemustaka memanfaatkan layanan perpustakaan tanpa harus datang ke perpustakaan, bekerja sama dengan perpustakaan lain karena tidak mungkin suatu perpustakaan memiliki semua koleksi yang dibutuhkan, serta lembaga lain dalam hal pengiriman koleksi. Oleh karena itu, perpustakaan selain meningkatkan kompetensi pustakawan, juga harus memperkuat layanan digital, yaitu dalam hal penyediaan koleksi, layanan sirkulasi, referensi, dan penyelenggaraan kegiatan secara online.
Aplikasi digital library yang saat ini sudah disediakan di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Pangkalpinang adalah salah satu bentuk pemutakhiran dan terobosan yang terus dilakukan Perpustakaan agar tidak terlindas kemajuan zaman. Selaras dengan kondisi pandemi saat ini, tentulah aplikasi digital library ini sangat bermanfaat bagi peserta didik dan masyarakat umum. Di manapun berada, masyarakat dapat terus mengakses buku-buku ataupun jurnal sesuai kebutuhan mereka hanya melalui laptop/ gawai lainnya. Koleksi dalam digital library terus kami lakukan penambahan dan update agar dapat memenuhi semua kebutuhan pengguna dan terus berperan dalam program mencerdaskan bangsa.
Kota Pangkalpinang saat ini masih berada di zona hijau-kuning, maka layanan perpustakaan tatap muka masih dilakukan. Tentunya dengan mengedepankan protokol kesehatan secara ketat dan mengurangi jam layanan. Kami sadar betul bahwa tidak semua masyarakat/ pengguna merasa nyaman dengan digital library. Sebagian besar pengguna lebih memilih membaca buku secara fisik walaupun dengan keterbatasan jaga jarak dan adaptasi kebiasaan baru yang harus diterapkan. Dalam rangka memutus rantai penyebaran Covid-19 pun Perpustakaan selalu melakukan desinfeksi dengan penyemprotan koleksi-koleksi buku secara rutin, agar masyarakat tetap merasa aman saat datang dan membaca di Perpustakaan.
Di masa pandemi dengan adaptasi kebiasaan baru ini, pustakawan dan perpustakaan tetap harus memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat akan literatur yang aman dan mudah diakses. Baik layanan tatap muka ataupun dengan mengakses digital library, keduanya harus menjadi pilihan yang sama baiknya dan tentu saja dengan mengedepankan faktor keamanan serta kesehatan.
Bekerjasama dengan berbagai unsur-unsur terkait seperti tenaga-tenaga pendidik maupun akademisi dapat menjadi inovasi agar peserta didik dapat terus belajar dan menambah pengetahuan. Pun kegiatan belajar dari rumah yang saat ini “terpaksa” diterapkan tidak berkurang esensinya.
Pustakawan sebagai tenaga profesional minimal dapat mengimbangi kebutuhan pengguna yang bergerak dalam berbagai bidang disiplin ilmu, selain itu juga diperlukan kemampuan berkomunikasi yang baik sehingga dapat dengan mudah mengindentifikasikan keperluan informasi pengguna, serta multitalent dalam berbagai bahasa terutama bahasa inggris sehingga mempermudah hubungan internasional, dan yang terakhir mampu melakukan penelitian di bidang perpustakaan untuk melakukan inovasi baru sebagai alternatif pemecah masalah yang dihadapi.
Perpustakaan sebagai sumber literatur utama, tidak boleh lelah untuk terus berinovasi dan berkembang mengikuti kemajuan zaman. Pustakawan yang merupakan salah satu roda penggerak Perpustakaan, memiliki peran penting dalam proses pengembangan ini karena mereka merupakan otak dalam mengolah komunikasi informasi di website perpustakaan yang ditunjang oleh teknologi informasi. Dengan kecanggihan teknologi, perpustakaan dapat menampilkan informasi-informasi dengan tampilan yang menarik. Namun, harus diingat bahwa berdasarkan teori Ranganathan, perpustakaan merupakan organisasi yang berkembang. Salah satu upaya untuk mengembangkannya adalah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi tanpa harus meninggalkan prinsip kepustakawan yang sudah tertanam di dalam diri perpustakaan. Oleh sebab itu, perpustakaan tidak boleh menyimpang dari tradisi yang sudah ada walaupun mengadopsi teknologi untuk pengembangan perpustakaan.
DAFTAR PUSTAKA
Daryono. (2018). Membangun komunikasi efektif dalam pelayanan perpustakaan. Media Pustakawan, 25(2), 22–31.
Hartono, H. (2017). Strategi Pengembangan Perpustakaan Digital Dalam Membangun Aksesibilitas Informasi: Sebuah kajian teoritis pada Perpustakaan Perguruan Tinggi Islam di Indonesia.
https://www.antaranews.com/berita/1662014/pandemi-covid-19-perpustakaan-dan-pengetahuan-untuk-kita-semua. diakses 11 Desember 2020.
IFLA. (2020). COVID-19 and the Global Library Field. Den Haag: IFLA (The International Federation of Library Associations and Institutions). Retrieved from https://www.ifla.org/covid-19-andlibraries
Mwaniki, P. W. (2018). Envisioning the future role of librarians: skills, services and information resources.
Comments are closed.