Helai-Helai Spirit dan Motivasi di Novel “Meraih Bintang Tanpa Angan” Karya Dr. Hj. Eti Fahriaty, S.Pd.I, M.Pd

0

Sebuah Resensi

Oleh : Rico Ariputra

(Fungsional Analis Kebijakan Ahli Muda pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Pangkalpinang)

 

PANGKALPINANG – Tan Malaka, salah satu tokoh perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia pernah menulis satu kutipan yang sangat menarik;

“Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali.”

Bernas dan mengena. Pemikiran Tan Malaka ini adalah buah kepedulian terhadap pentingnya pendidikan dan bagaimana pendidikan itu sendiri mampu menjadi kemudi bagi khalayak. Tan Malaka tak senang bermain di ranah kegamangan, dimana sebagian orang menganggap pendidikan itu hanya remah-remah hukum sosial. Justifikasinya jelas! Pendidikan adalah identitas, titik.

Yah, pendidikan adalah identitas inilah yang coba dijabarkan Dr. Hj. Eti Fahriaty, S.Pd.I, M.Pd dalam karya novelnya yang berjudul “Meraih Bintang Tanpa Angan”. Sebuah novel yang banyak berbicara mengenai roller coaster kehidupan sang penulis sendiri.

Novel yang diterbitkan tahun 2019 silam ini merupakan karyanya yang ketiga. Sebuah karya kecil yang memiliki makna besar terutama dalam mendeskripsikan lika-liku kehidupan yang ia jalani sejak muda hingga saat ini. Kendati ditulis dalam waktu singkat, namun hasil karya tersebut mampu menjabarkan semangat hidup dan motivasi positif yang sangat luas.

Seperti savana di padang tandus, Hj. Eti mencoba membangkitkan keputus-asaan pembaca dengan untaian-untaian spirit yang ia ramu dalam kalimat-kalimat liar yang sederhana.

Novel terbitan Pustaka Media Guru ini terbagi ke dalam 18 bab. Dimana setiap bab menceritakan kisah perjalanan hidup penulis. Gaya kepenulisannya simpel dan luwes. Gaya kepenulisan seperti ini memang merupakan beschikking penulis-penulis berlatar pendidik seperti Hj. Eti.

Pesan Moral

Dengan latar belakang pendidik yang sangat kental seperti yang ia curahkan dalam kisah di bab I novel tersebut, Hj. Eti tampaknya cukup piawai menitipkan pesan-pesan moral dalam setiap penggalan kalimat yang ia sajikan. Ia berusaha untuk memacu semangat pembaca untuk terus berusaha, berupaya, belajar, berdoa dan bekerja dengan etos. Hal-hal membangkitkan spirit seperti ini memang sangat penting dalam sebuah karya. Apalagi di tengah dinamika zaman seperti sekarang, emotional quotien pembaca jarang tersentuh.

Secara keseluruhan, muatan pendidikan sangat ketara dalam rangkaian kisah hidup penulis dalam novel tersebut. Hj. Eti terlihat sangat fokus mengurai pentingnya pendidikan. Refleksi kehidupan keluarganya yang sangat `ortodok` terhadap pendidikan,  sekiranya mencukupkan bagaimana latar belakang keluarga sang penulis.

Perjalan hidup yang sebagian besar penulis habiskan menjadi guru sekaligus abdi negara, sadar tidak sadar telah memantik semangat hidup yang luar biasa.  Kita semua barang tentu sangat tahu, kehidupan pegawai negeri di era dulu tidak seindah sekarang. Guru di tahun 80-an dan 90-an hidup dalam kesederhanaan dan keprihatinan. Di satu sisi guru haru berjuang dan bekerja keras untuk mencerdaskan generasi bangsa, namun di sisi lain, para guru, terutama kalangan guru perempuan harus mampu memainkan peran ganda sebagai seorang ibu sekaligus seorang istri. Membayangkan bagaimana sibuknya rutinitas sang penulis?

Tak hanya itu, Hj. Eti yang juga seorang ibu Bhayangkari sebab sang suami yang bertugas sebagai polisi membuat nuansa lain dari sisi kehidupannya semakin ramai dan berwarna. Hal ini tak luput ia ketengahkan kepada pembaca di dalam novel tersebut. Ia mencoba memberikan pemacu kepada setiap ibu Bhayangkari untuk sigap dan mendukung aktivitas suami yang berdedikasi untuk negeri. Emh, sibuk, padat, penuh aktivitas. Tapi begitulah rutinitas penulis bertahun-tahun yang ia ceritakan.

Secara keseluruhan, novel “Meraih Bintang Tanpa Angan” ini sangat layak masuk dalam daftar referensi bacaan anda. Pengemasan bahasanya sederhana, namun langsung menghempas ke subjek makna. Nilai inspirasi dan spirit kehidupannya pun sangat ketara. Suguhan-suguhan pengalaman hidup yang kemudian banyak berkawin dengan dinamika tuntutan zaman sepertinya menjadi bumbu yang manis bagi pembaca untuk menelisik karya ini lebih jauh. (*)

Leave A Reply

Your email address will not be published.

Ada yang bisa kami bantu bro/sis ?