Poster Perekat Kebahagiaan

Cerpen Anak karya : Dzakirah Zulfa Syauqillah (SDIT Qur’ani Adh-Dhuha)

0

“Yasmin, ayo cepat, nanti kamu telat!: seru Ummi saat melihatku masih melahap makanan dengan pelan.

“Iya, iya, hamper selelsai, Ummi,” jawabku.

Hai, namaku Fadila Yasmin. Biasa dipanggail Yasmin. Umurku sepuluh tahun. Aku sekarang duduk di kelas 5 SD, di SD Adh- Dhuha. Sebelum berangkat sekolah, aku berpamitan pada orang tuaku. Aku pergi ke sekolah menggunakan sepeda. Sampai sekolah, ternyata teman-teman telah menungguku. “Itu, Yasmin!” seru Zahra. Aku segera meletakkan tas dan menuju teman-temanku.

“Assalamu’alaikum, teman-teman, Yasmin datang,’ sapaku pada teman-teman.

“Waalaikumsalam, lama banget kamu,” kesal teman-temanku.

“Maafkan aku,” kataku pada mereka.

“Karena semua sudah datang, kita bagi tugas, ya!” seru Zahra.

“Oke,” jawab kami kompak.

Oh, ya, kami ada tugas membuat Poster alat pencernaan yang ada pada sapi. Kelompok yang membuat poster paling bagus akan dipajang di majalah dinding (madding) sekolah kami, seru, bukan!

“Tunggu, kita akan menggambar organ yang mana?” tanya Gina.

“Iya, aku lihat yang lain hampir selesai, jawabku menimpali.

“Tenang, kita akan gunakan organ Abomasum,’ sahut Zahra menenangkan kami.

Kring, kring, kring. Bel masuk pun datang.

“Yah, sudah masuk,” keluh kami nyaring kompak.

“Tidak apa-apa, kita kerjakan waktu istirahat saja,” kataku menenangkan mereka.

Kami pun masuk kelas. Suara kaki pun terdengar, tiba-tiba seorang wanita muda masuk.

“Assalamualaikum, anak-anak,” salam Ustadzah Nyimas.

“Waalaikumsalam, Ustadzah,” jawab kami.

“Baik, sebelumnya, mari kita baca do’a!” seru Ustadzah Nyimas. Doa sebelum belajar.

Pelajaran dimulai.Kami belajar dengan giat, sampai tak tersa bel pelajaran selanjutnya berbunyi.

“Baik anak-anak, sampai di sini dulu pelajaran kita, ingat tugas membuat poster alat pencernaan sapi harus dikumpul hari Rabu, ya!” seru Ustadzah mengingatkan kami.

“Baik, Ustadzah,” jawab kami.Lalu kami segera pergi ke taman sekolah. Ya, sekolah kami memiliki taman yang cukup luas dan bersih.

“Oke, langsung bagi tugas, ya,” ajak Zahra.

“Aku bacakan, ya,” ucapku menawarkan diri.

“Jadi, Ghina membawakan stik es krim, Zahra lem dan informasi terkait, Salwa origami, dan contoh gambar, dan aku membawa karton, apa jelas?” tanyaku.

“Jelas,” jawab mereka.Lalu, kami pun berbincang. “Teman-teman kita ke kantin, yuk!” seru Ghina.

“Aku lihat ada menu baru,” sahu Zahra.

“Ayo!” serbu kami. Kalau tentang makanan, kami nomor satu.

Waktu pulang pun tiba. “Anal-anak jangan lupa muraja’ah, ya. Assalamualaikum,” pamit Ustadzah Elni, guru tahfidz. Lalu, kami pun pulang setelah seharian di sekolah.

Sampai di rumah, aku mengetuk pintu. Aku segera mandi dan mengganti baju.

“Baik, mungkin karton kuning bagus untuk poster,” pikirku saat melihat karton, lalu aku mengambil kartonya dan memasukkannya dalam tas. “Perlengkapan untuk besok sudah, tinggal tidur,” ucapku dalam hati.

Setelah sholat, aku teringat, aku ingib menulis catatan harian. Segera aku melipat mukenah dan mengambil buku catatan. Dan aku menulis hari-hari yang menyenangkan di sekolah.

“Tit, tit, tit,” suara alarm membuatku terbangun. Aku segera mandi dan makan.

Aku berangkat sekolah. Sampai sekolah, ternyata aku datang paling awal.

“Wah, aku pertama,” bisikku. Sambil menunggu teman-temanku, aku membersihkan kelas.

Beberapa menit kemudian.

“Assalamualaikum, Yasmin,” sapa teman-temanku.

“Waalaikumsalam, lama banget.”Lalu, kami langsung membuat poster.

Istirahat pertama. “Hei, yang piket mana?” tanya Falya dengan nada tinggi.

“Iya, kalian harusnya piket.” Misya dan Ava pun meninmpali. Lalu pergi. Aku sangat benci pada mereka.

Istirahat kedua. Aku melihat Falya dan teman-temannya menangis. “Kalian kenapa, kok, menangis?” tanyaku.

“Poster kami belum selesai,” jawab mereka.

Aku pu  meminta teman-temanku untuk membantu. Lalu kami membantu mereka.

Pada akhirnya, kami menjadi sahabat.

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.

Ada yang bisa kami bantu bro/sis ?