Walaupun Tak Bisa Melihat, Tapi Mereka Diberkahi Kemampuan Mendengar & Ingatan yang Luar Biasa
Catatan Kecil oleh Herlina, S.Pd (Guru SMPN 2 Pangkalpinang)
PANGKALPINANG – Pukul 09.00 WIB, hari Kamis tanggal 13 April 2023, saya masih melanjutkan mengajar di kelas. 5 menit kemudian barulah saya beranjak setelah meninggalkan serangkaian tugas yang harus dikerjakan anak-anak. Sebuah undangan sosialisasi Al-Qur’an Braile mengharuskan diri saya untuk hadir di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Pangkalpinang.
Setiba saya di sana, tamu telah banyak hadir. Saya sempat tertegun saat membaca spanduk berjudul “Sosialisasi Al-Qur’an Braile pada Komunitas Tuna Netra Bekerjasama dengan komunitas Read Aload (RA) Pangkalpinang”.
Lebih terpana lagi saat melihat para undangan terdiri atas anak-anak dan orang dewasa penyandang tuna netra. Beberapa undangan juga terdiri atas orang `awas`, sebuah penyebutan bagi kita-kita yang normal penglihatannya.
Acara dimulai, beberapa sambutan pun bergulir, sangat berkesan ketika Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Pangkalpinang Dr. Hj. Eti Fahriaty, S.Pd.I, M.Pd. menyampaikan sambutan yang berisi ulasan bagaimana beliau menggagas ide sosialisasi ini berangkat dari mengamati adanya Al-Qur’an Braile di perpustakaan yang belum pernah digunakan bahkan tidak tahu sama sekali bagaimana cara menggunakannya.
Dari rasa keinginantahuan yang mendalam dan setelah berkoordinasi dengan pihak SLB dan Komunitas tuna netra Pangkalpinang serta pihak lainnya, maka beliau mencetuskan ide yang sangat bagus ini dalam sebuah kemasan sosialisasi Al-Qur’an Braile.
Saya bersyukur termasuk orang yang diundang dalam kegiatan ini.
Dengan mengikuti kegiatan ini rasa syukur bertambah-tambah atas karunia Allah yang telah memberikan kesempurnaan penglihatan kepada saya. Tidak hanya itu, rasa kagum luar bisa kepada para pendidik anak-anak berkebutuhan khusus atas kesabaran dan ketelatenan mereka dalam mengasuh dan mendidik ABK semakin merasa bahwa begitu diri ini bukan lah apa-apa.
Alqur’an Braile yang seumur-umur baru kali ini melihatnya, juga buku-buku bertuliskan huruf Braile baru pertama kali menyentuhnya, semakin menjadikan rasa syukur ini menggunung.
Pada saat melihat kehebatan para guru menyampaikan pengenalan huruf abjad dan huruf hijaiyah, juga melihat kebolehan anak-anak tuna netra yang bisa membaca, mengaji, menceritakan kembali apa yang didengarnya dan bisa menggunakan HP layaknya orang awas, semakin membuat kagum, ternyata Allah memberikan manusia kelebihan diatas kelebihan yang lain. Begitu penyebutan atas anak-anak itu yaitu anak-anak yang mempunyai kelebihan bukan kekurangan.
Sayangnya, saya tidak sempat berbincang-bincang banyak dengan mereka tersebab urusan penting telah meminta saya untuk kembali ke sekolah.
Terimakasih bu Kadis dan panitia telah mengundang saya, ilmu saya bertambah walaupun sedikit namun, sangat bermanfaat. (*)