Dimas adalah siswa kelas 6 sekolah dasar dari SD Cahaya. Dimas dikenal sebagai anak yang mudah bergaul dan ceria. Dimas memiliki cita-cita sebagai seorang pelukis. Biasanya Dimas menghabiskan waktu istirahatnya di ruang seni. Untuk berlatih melukis, setiap ada lomba melukis di sekolahnya Dimas selalu mengikutinya dan mendapatkan juara.
Karena kehebatan Dimas saat melukis membuat Tomi iri dan kesal. Tomi menghampiri Dimas dan merebut lukisan di tangan Dimas dan berkata “ Lukisan ini jelek sekali aku pun hamper muntah melihatnya, bueek.”
Tomi menyobek lukisan Dimas yang ia pegang dan melemparnya ke wajah Dimas. Dimas menutupi wajahnya dengan tangannya. Dimas mengeluarkan air mata. Dan Tomi meninggalkan Dimas yang menangis. Tomi mengejek lagi lukisan Dimas.
“Kalau lukisan itu dipamer di museum, orang-orang pasti mau muntah dan menyobeknya karena jelek sekali. Upss!! Aku salah bicara, lukisan Dimas tidak mungkin dipamer di museum, pasti lukisan Dimas di tempat sampah,” ejek Tomi sambal tertawa terbahak-bahak.
Datanglah Gina yang bertanya kepada Dimas apa yang telah terjadi,“Dimas, apa yang telah terjadi dengan lukisanmu?” tanya Gina sambal memungut lukisan Dimas yang rusak.
Dimas pun menjawab perkataan Gina, “Ini karena ulah Tomi, dia mengejek lukisanku jelek dan menyobeknya.”
Gina bertanya lagi kepada Dimas, “Hey, Dimas kenapa kau berikan lukisanmu kepada Tomi?”
Dimas pun menjawab lagi pertanyaan Gina. “Aku tidak memberikan lukisanku kepadanya, tetapi dia merebutnya dari tanganku.”
Gina mengajak Dimas untuk ikut lomba melukis, tetapi Dimas tidak mau ikut karena perkataan Tomi. Gina membujuk Dimas dengan berkata, “Hey, Dimas lebih baik kau ikut, kalua kau ikut orang-orang di seluruh dunia bisa melihat lukisanmu yang indah dan bakatmu dalam melukis.”
Bujukan Gina berhasil. Dimas pun mau mengikuti lomba melukis. Dan Dimas berjanji kepada Gina akan datang ke tempat lomba melukis.
Empat hari lagi lomba akan diadakan, Dimas berlatih di ruang seni untuk menang dan mempersiapkan diri saat sebelum lomba. Datanglah Tomi yang ingin mengusili Dimas saat sedang berlatih. Tomi berpura-pura tidak sengaja menumpahkan air ke lukisan yang sedang dibuat oleh Dimas. Gara-gara ulah Tomi, lukisan yang sedang dibuat Dimas rusak. Dimas meluapkan rasa kesalnya dengan berkata kepada Tomi.
“Hey, Tomi, apakah kau buta, hahh. Apa kau tidak punya mata!!”
Perkataan Dimas membuat Tomi sangatlah marah dan mencoret-coret lukisan Dimas. Tomi pun akhirnya pergi meninggalkan Dimas. Akan tetapi Dimas tidak putus asa dan terus berlatih supaya menang lomba melukis.
Empat hari sudah berlalu, lomba akan segera diadakan. Dimas pergi ke lomba melukis bersama dengan Gina menaiki bus. Saat mereka berdua turun dari bus datanglah Tomi yang ingin memberikan taruhan kepada Dimas.
Tomi berkata, “Hey, Dimas apakah kau mau uang, tetapi ada saratnya. Kau harus mengalah kepadaku saat lomba nanti.”
Dimas menjawab perkataan Tomi, “Tidak, aku tidak mau, untuk apa aku menyerah, merugikanku saja.”
Karena Dimas menolak tawaran Tomi membuat Tomi sangat kesal. Dimas dan Gina pun pergi meninggalkan Tomi. Mereka berdua jalan-jalan sejenak untuk berkeliling. Mereka berdua bertemu dengan teman sekelas mereka. Teman-temannya datang untuk melihat Dimas saat lomba dan untuk menyemangatinya dan lomba pun akan segera dimulai.
Dimas terlihat sangat tenang. Saat lomba sudah dimulai dan waktu tinggal 15 setik lagi, teman-teman Dimas langsung berteriak dan memuji-muji Dimas sambil berkata, “ Dimas … Dimas, Dimas pasti bisa, Dimas pasti menang, yayeye ….”. Sorak dari teman-teman Dimas.
Tomi tidak sengaja menunpahkan air ke lukisan yang sedang ia buat. Waktu pun habis, Tomi tidak sempat memperbaiki lukisannya. Para juri telah menilai lukisan para peserta lomba melukis dan pemenanga akan segera diumumkan oleh juri.
“Pemenang dari lomba melukis tahun 2021 pada tanggal 17 September adalah selamat untuk untuk Dimas dari SD Cahaya.”
Raut senang dari wajah Dimas serta teman-temannya yang bertepuk tangan. Tomi merasa sangatlah malu dengan Dimas karena telah kalah lomba melukis.
Pada keesokan hari, saat Dimas melangkahkan kakinya ke kelas, tepuk tangan yang meriah membuat Dimas sangatlah bahagia. Sebagai wujud terimakasih, Dimas kepada teman-temannya karena telah menyemangatinya saat lomba, Dimas membuat lukisan dirinya dan teman-temansekelasnya . Ternyata, Tomi sudah meminta maaf kepada Dimas.
Dari media sosial Dimas berkata kepada teman-temannya sambil tersenyum. “Kalian bukan hanya teman sekelasku saja, tetapi kalian semua juga sahabatku.”
Dan Dimas dan teman-teman sekelasnya berteman dengan akur. (*)
(Ditulis dan diikutsertakan dalam lomba penulisan cerpen anak pada HUT ke-33 SDN 28 Kota Pangkalpinang)